Pencurian Perhiasan Senilai Rp 1,6 Triliun di Museum Louvre Kejadian yang Mengejutkan

Museum Louvre di Paris, salah satu tempat paling ikonik di dunia, baru-baru ini menjadi sasaran perampokan yang sangat berani. Pencurian perhiasan berharga yang dicuri dari koleksi kerajaan Prancis diperkirakan bernilai lebih dari US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun.

Pencurian ini terjadi di siang hari, hanya dalam waktu tujuh menit, dan melibatkan empat perampok bertopeng yang memanfaatkan derek untuk memecahkan jendela di Galeri Apollo. Tempat mahkota dan permata bersejarah disimpan. Perhiasan yang berhasil mereka bawa kabur termasuk mutiara dan anting. Yang pernah dimiliki oleh Ratu Marie-Amélie dan Ratu Hortense dari abad ke-19. Serta mahkota Eugenie, yang ditemukan terjatuh di luar museum oleh para pencuri saat melarikan diri.

Jaksa Penuntut Umum Paris, Laure Beccuau, menyatakan bahwa meskipun kerugian ini sangat besar, kerugian historis yang ditimbulkan oleh hilangnya koleksi ini jauh lebih signifikan. “Kerugian ekonomi ini memang besar, namun lebih mendalam kerugian yang ditanggung dalam aspek sejarah,” ujar Beccuau dalam wawancaranya.

Menurut perhitungan para kurator Louvre. Nilai total dari perhiasan yang hilang mencapai sekitar 88 juta euro atau lebih dari US$ 102 juta. Sebuah perampokan yang sangat terencana, dimana para pelaku berhasil melarikan diri menggunakan sepeda motor, meskipun alarm museum berbunyi segera setelah jendela dihancurkan.

Perampokan ini memicu gelombang protes dari publik mengenai kurangnya keamanan di museum-museum Prancis. Direktur Louvre, Laurence des Cars, yang belum memberikan pernyataan resmi, dijadwalkan akan hadir di hadapan komite budaya Senat Prancis untuk membahas insiden ini. Menariknya, pada bulan Januari lalu, des Cars sudah memperingatkan Menteri Kebudayaan Prancis, Rachida Dati. Mengenai perlunya renovasi besar-besaran untuk meningkatkan keamanan di museum-museum Prancis.

Krisis Keamanan di Museum-Museum Prancis

Keamanan di Museum Louvre ternyata memang menjadi masalah yang sudah lama diwaspadai. Pada dokumen yang mencatatkan catatan keamanan dari tahun 2019 hingga 2024, pengawasan video hanya terpasang di seperempat sayap museum, meskipun jumlah pengunjung terus meningkat. Tahun lalu, Louvre mencatatkan lebih dari 8,7 juta pengunjung, dan angka ini diperkirakan akan terus naik pada 2023.

Pencurian di Louvre hanyalah salah satu dari serangkaian kejadian serupa. Sebelumnya, pada bulan lalu, Museum Sejarah Alam Paris juga dibobol, dengan pelaku yang berhasil membawa lari emas senilai lebih dari US$ 1,5 juta. Di Limoges, dua piring dan sebuah vas bernilai US$ 7,6 juta juga dicuri. Meskipun begitu, Menteri Kebudayaan Prancis, Rachida Dati, menegaskan bahwa pencurian ini bukanlah akibat dari kelalaian petugas keamanan. Meskipun banyak yang mempertanyakan efektivitas sistem pengamanannya.

Penyelidikan Berlanjut Pencurian Perhiasan Senilai Rp 1,6 Triliun

Setelah kejadian ini, pihak berwenang Prancis mengungkapkan bahwa seorang wanita asal China berusia 24 tahun telah ditangkap di Barcelona. Dia tertangkap basah sedang mencoba untuk membuang hampir 1 kilogram emas cair yang diduga terkait dengan pencurian ini.

Pada akhirnya, insiden pencurian ini membuka diskusi besar mengenai keamanan museum-museum bersejarah di seluruh dunia. Walau bagaimanapun, museum-museum seperti Louvre terus menjadi daya tarik bagi jutaan wisatawan. Namun dengan meningkatnya angka kunjungan, tantangan dalam menjaga koleksi yang sangat berharga ini juga semakin besar. Setelah dua hari penutupan untuk penyelidikan, Louvre dijadwalkan untuk kembali dibuka, namun perdebatan tentang peningkatan keamanan dan renovasi museum semakin mengemuka.